Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 25 Juni 2013

OPINI POSITIVE

STATEMENTS : 1.Guru Biasa hanya mendongeng, Guru Baik menjelaskan, Guru Ulung memperagakan, dan Guru Mashur mengilhami. (Kompas, 11-2-2004, Nugroho dalam buku Indonesia Belajarlah, UNES-Tiara Wacana, 2007:310) 2.Guru yang baik bukanlah guru yang amat pintar, melainkan mereka yang bisa memberikan inspirasi kepada kita, mereka yang merangsang naluri yang sangat dasar dan sangat penting dalam kehidupan kita, yakni : Rasa Ingin Tahu. (Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, YOI, 1999:40) ANALYSIS : Dari kedua statemens tersebut di atas dapat saya tarik garis besar bahwasannya guru di era globalisasi seperti sekarang ini bukanlah sebuah profesi yang menjadi tulang punggung kemajuan suatu bangsa. Bukan sebuah profesi yang dibanggakan dan dihormati penuh oleh warga negara, bukan sosok yang menjadi panutan dan menginspirasi, bukan juga sebuah profesi yang berkarakter sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Melainkan hanya sekedar pawang yang menjalankan praksis pempelajaran dengan aktifitas menghafal dan mempraktikkan. Masih berkembanganya metode (teacher-centered) di banyak tempat pendidikan formal. Serta lebih kronis karena pemetaan siswa dilakukan berdasarkan kemampuan IQ saja. Mengapa demikian? Karena mereka masih memegang paradikma konservatif, dimana mereka beranggapan bahwa praksis pendidikan hanya sebatas mencetak warga negara yang patuh dengan jalan melestarikan nilai-nilai luhur suatu masyarakat yang sudah paripurna. (Kompas, 11-2-2004, Nugroho dalam buku Indonesia Belajarlah, UNES-Tiara Wacana, 2007:311) Banyak guru yang primitif situasi, lebih banyak lagi yang malas up-date ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi tidak sedikit atau hampir banyak guru yang tidak bisa mensinergikan antara tuntutan kurikulum nasional dengan tuntutan kebutuhan belajar siswa. Masih berjalannya metode (teacher-centered), dimana murid diposisikan sebagai objek. Guru dituntut mampu menyiapkan para siswanya untuk bisa memiliki kesiapan bertarung meraih sukses di dunia pasar kerja yang diestimasikan paling mampu memberikan kepuasan ditilik dari imbalan finansial yang tinggi. Dalam konteks ini dunia pendidikan kehilangan roh untuk membangun karakter dan kepribadian siswa. Nyatanya pemetaan siswa dengan berdasarkan IQ merupakan cara pemetaan yang salah karena temuan Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan intelektual itu tidak bermatra tunggal melainkan bermatra jamak, dengan demikian faktor penentu keberhasilan study itu bukan hanya IQ. Temuan paling mutakhir bahkan menyebutkan bahwa kontribusi IQ dalam menunjang keberhasilan seseorang hanya 20% saja, selebihnya ditentukan faktor lain terutama kecerdasan emosional. (Kompas, 11-2-2004, Nugroho dalam buku Indonesia Belajarlah, UNES-Tiara Wacana, 2007:311) Guru masa kini terlanjur dimanjakan oleh Lembar Kerja Siswa dan Bank Soal plus jawaban. Jalan fikiran mereka sudah terpola statis, lebih suka dengan bawahan yang nurut dari pada yang kritis. Maraknya bonus dan diskon percetakan buku telah melumpuhkan potensi penulisan buku oleh guru, terutama guru perempuan. Karena faktor umur atau faktor kuper serta kutang up to date, masih banyak sekali guru yang bertindak dan bersifat jauh dari modernisasi, seperti tidak bisa menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Akibatnya guru hanya mampu mendongeng pengalaman pribadinya, menjelaskan teori yang ada di bank soal sekaligus memberi perintah untuk menghafal teori, memperagakan dan memperaktikkan kajian pada Lember Kerja Siswa, melatih siswa mengerjakan soal-soal serta menguji cobanya. Akhirnya siswa hanya terkutat pada rutinitas yang membosankan tanpa mampu menganalisa dan mengembangkan potensinya. Lalu seperti apakah sosok guru ideal yang diperlukan saat ini? Guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya. Pertama, guru ideal yang dibutuhkan adalah guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki sifat selalu berkata benar, penyampai yang baik, kredibel, dan cerdas. Guru ideal masa kini harus memiliki 5 Kecerdasan, Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka berikut tips-tips yang bisa jadi renungan : 1.Menguasai materi secara mendalam 2.Memiliki wawasan yang luas 3.Komunikatif 4.Mampu menggabungkan teori dan praktik 5.Dialogis 6.Menyampaikan ilmu secara bertahap 7.Mempunyai variasi pendekatan 8.Tidak memalingkan pelajaran 9.Tidak terlalu menekan dan memaksa 10.Humoris tapi serius Mari berlomba menjadi guru ideal, Ideal di mata peserta didik, ideal di mata masyarakat, dan ideal di mata Sang Maha Pemberi. Bila semakin banyak guru ideal yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa untuk memiliki budi pekerti yang luhur. Daftar Pustaka Kompas, 11-2-2004, Nugroho dalam buku Indonesia Belajarlah, UNES-Tiara Wacana, 2007:310 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, YOI, 1999:40

1 komentar:

  1. Casino Games For Android - JTA Hub
    Download this 충청남도 출장샵 app and play 춘천 출장안마 the latest 777 slot machine games - 777 slot machine games on 성남 출장안마 the go. 777 논산 출장샵 slot 경기도 출장마사지 machines are among the fastest growing casino software.

    BalasHapus